“Apa yang pernah ada akan ada lagi, dan apa yang pernah dibuat akan dibuat lagi; tak ada sesuatu yang baru di bawah matahari.” (Pengkhotbah 1:9)
Pembahasan: Pengkhotbah 1:9 | Ayat Bacaan: Pengkhotbah 1:1-11
Kita sering mendengar ungkapan “sejarah berulang” atau “apa yang lama menjadi baru kembali.” Pengkhotbah, dalam kebijaksanaannya, menyatakan kebenaran serupa ribuan tahun lalu, bahwa tidak ada yang benar-benar baru dalam dunia ini. Pada awalnya, pernyataan ini mungkin terdengar pesimis, bahkan mematahkan semangat. Namun, jika kita merenung lebih dalam, kita akan menemukan makna dan penghiburan di dalamnya.
Dalam dunia yang terus berubah dan berkembang, kita sering tergoda untuk mengejar hal-hal baru – tren terbaru, teknologi termutakhir, atau pengalaman yang belum pernah kita rasakan sebelumnya. Kita mungkin berpikir bahwa kebahagiaan dan kepuasan terletak pada sesuatu yang baru, yang belum kita miliki. Namun, Pengkhotbah mengingatkan kita bahwa pencarian tanpa henti akan hal-hal baru seringkali sia-sia.
Meski demikian, pesan Pengkhotbah bukanlah ajakan untuk menjadi apatis atau berhenti berusaha. Sebaliknya, ini adalah undangan untuk menemukan makna dan kepuasan dalam hal-hal sederhana dan abadi. Kita diajak untuk menghargai kembali apa yang sudah ada – keluarga, teman, alam ciptaan Allah, dan terutama hubungan kita dengan Sang Pencipta.
Dalam dunia yang terobsesi dengan “yang baru,” kita sebagai pengikut Kristus dipanggil untuk menemukan sukacita dalam hal-hal yang tampak biasa. Setiap hari adalah kesempatan baru untuk mengasihi, melayani, dan bertumbuh dalam iman. Meskipun rutinitas kita mungkin terlihat sama, kita dapat menemukan keindahan dan makna baru dalam setiap momen jika kita mau melihatnya melalui lensa kasih Kristus.
Kiranya Tuhan membukakan mata kita untuk melihat keajaiban dalam keseharian sehingga kita dapat menemukan sukacita dan kepuasan dalam kesetiaan-Nya yang tak pernah berubah. Meski dunia sekitar terus berubah, kiranya kita, seperti Pengkhotbah, dapat menemukan kebijaksanaan dalam menerima bahwa “tak ada yang baru.” Tetaplah hidup penuh harapan dan sukacita dalam Kristus yang membuat segala sesuatu menjadi baru.
STUDI PRIBADI: Apa maksud Pengkhotbah “tidak ada sesuatu yang baru di bawah matahari” di saat ilmu pengetahuan dan peradaban manusia terus berkembang di zaman modern ini?
Pokok Doa: Berdoalah, kiranya Kristus sendiri yang memampukan setiap anak Tuhan untuk dapat terus menanggapi segala sesuatu dari lensa dan cara pandang Kristus.
Pengkhotbah 1 : 1-11
Segala sesuatu sia-sia
1:1-11
1 Inilah perkataan Pengkhotbah, anak Daud, raja di Yerusalem.
2 Kesia-siaan belaka, kata Pengkhotbah, kesia-siaan belaka, segala sesuatu adalah sia-sia.
3 Apakah gunanya manusia berusaha dengan jerih payah di bawah matahari?
4 Keturunan yang satu pergi dan keturunan yang lain datang, tetapi bumi tetap ada.
5 Matahari terbit, matahari terbenam, lalu terburu-buru menuju tempat ia terbit kembali.
6 Angin bertiup ke selatan, lalu berputar ke utara, terus-menerus ia berputar, dan dalam putarannya angin itu kembali.
7 Semua sungai mengalir ke laut, tetapi laut tidak juga menjadi penuh; ke mana sungai mengalir, ke situ sungai mengalir selalu.
8 Segala sesuatu menjemukan, sehingga tak terkatakan oleh manusia; mata tidak kenyang melihat, telinga tidak puas mendengar.
9 Apa yang pernah ada akan ada lagi, dan apa yang pernah dibuat akan dibuat lagi; tak ada sesuatu yang baru di bawah matahari.
10 Adakah sesuatu yang dapat dikatakan: "Lihatlah, ini baru!"? Tetapi itu sudah ada dulu, lama sebelum kita ada.
11 Kenang-kenangan dari masa lampau tidak ada, dan dari masa depan yang masih akan datangpun tidak akan ada kenang-kenangan pada mereka yang hidup sesudahnya.
Amsal 24 : 31
31 Lihatlah, semua itu ditumbuhi onak, tanahnya tertutup dengan jeruju, dan temboknya sudah roboh.
Amsal 24 : 33-34
33 "Tidur sebentar lagi, mengantuk sebentar lagi, melipat tangan sebentar lagi untuk tinggal berbaring,"
34 maka datanglah kemiskinan seperti seorang penyerbu, dan kekurangan seperti orang yang bersenjata.
Mazmur 1 : 3
3 Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil.
Mazmur 150 : 2
2 Pujilah Dia karena segala keperkasaan-Nya, pujilah Dia sesuai dengan kebesaran-Nya yang hebat!
Mazmur 90 : 11
11 Siapakah yang mengenal kekuatan murka-Mu dan takut kepada gemas-Mu?
Mazmur 88 : 7-8
6 (88-7) Telah Kautaruh aku dalam liang kubur yang paling bawah, dalam kegelapan, dalam tempat yang dalam.
7 (88-8) Aku tertekan oleh panas murka-Mu, dan segala pecahan ombak-Mu Kautindihkan kepadaku. Sela
Mazmur 88 : 9a
8 (88-9a) Telah Kaujauhkan kenalan-kenalanku dari padaku,
Mazmur 88 : 9b
8 (88-9b) telah Kaubuat aku menjadi kekejian bagi mereka. Aku tertahan dan tidak dapat keluar;"
Mazmur 88 : 14
13 (88-14) Tetapi aku ini, ya TUHAN, kepada-Mu aku berteriak minta tolong, dan pada waktu pagi doaku datang ke hadapan-Mu.
Mazmur 88 : 16
15 (88-16) Aku tertindas dan menjadi inceran maut sejak kecil, aku telah menanggung kengerian dari pada-Mu, aku putus asa.
Mazmur 88 : 17-18
16 (88-17) Kehangatan murka-Mu menimpa aku, kedahsyatan-Mu membungkamkan aku,
17 (88-18) mengelilingi aku seperti air banjir sepanjang hari, mengepung aku serentak.
Mazmur 88 : 19
18 (88-19) Telah Kaujauhkan dari padaku sahabat dan teman, kenalan-kenalanku adalah kegelapan.
Mazmur 88 : 2, 10
1 (88-2) Ya TUHAN, Allah yang menyelamatkan aku, siang hari aku berseru-seru, pada waktu malam aku menghadap Engkau.
9 (88-10) mataku merana karena sengsara. Aku telah berseru kepada-Mu, ya TUHAN, sepanjang hari, telah mengulurkan tanganku kepada-Mu.
Mazmur 88 : 14-15
13 (88-14) Tetapi aku ini, ya TUHAN, kepada-Mu aku berteriak minta tolong, dan pada waktu pagi doaku datang ke hadapan-Mu.
14 (88-15) Mengapa, ya TUHAN, Kaubuang aku, Kausembunyikan wajah-Mu dari padaku?